KeuanganNegara.id- Nilai tukar rupiah tercatat di posisi Rp13.966 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Jumat (13/9) sore ini. Posisi ini menguat 0,2 persen dibanding penutupan pada Kamis (12/9), Rp13.994 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp13.950 per dolar AS atau melemah dibanding kemarin yakni Rp14.052 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah bergerak di rentang Rp13.930 hingga Rp13.969 per dolar AS.
Sore hari ini, mayoritas mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Yuan China menguat 0,01 persen, rupee India 0,06 persen, dan yen Jepang 0,09 persen.
Kemudian, dolar Singapura menguat 0,2 persen, baht Thailand 0,22 persen, dan won Korea Selatan 0,83 persen.
Di kawasan Asia, hanya peso Filipina yang melemah terhadap dolar AS. Sementara itu, nilai tukar ringgit Malaysia stagnan terhadap dolar AS.
Mata uang negara maju juga menguat terhadap dolar AS, seperti dolar Australia sebesar 0,14 persen, euro 0,25 persen, dan poundsterling Inggris 0,88 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan hari ini rupiah masih terbawa angin positif dari meredanya tensi perang dagang.
Pada Rabu (11/9), Presiden AS Donald Trump mengatakan akan menunda penambahan tarif bagi impor China senilai US$250 miliar dari 1 Oktober 2019 menjadi 16 Oktober 2019. Kebijakan ini menyusul langkah China yang mengecualikan 16 impor asal AS yang tadinya akan dikenakan tambahan tarif.
Kemudian, Trump juga mengatakan bahwa peluang kesepakatan dagang dengan China terbuka lebar. Bahkan, kedua negara dijadwalkan bertemu di Washington DC bulan depan.
“Ini menambah optimisme negosiasi dagang antara AS dan China akan berjalan dengan baik dan menghasilkan kesepakatan yang bisa diterima oleh kedua belah pihak,” jelas Ariston.
Selain itu, pelaku pasar juga mengantisipasi pelonggaran kebijakan moneter global setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposito sebesar 10 basis poin ke -0,5 persen dan akan membeli obligasi demi meningkatkan jumlah uang beredar.
“Potensi pelonggaran moneter global membantu peralihan portofolio ke aset berisiko yang memberikan support (dorongan) untuk rupiah,” pungkasnya. (cnn)
Discussion about this post