KeuanganNegara.id- Nilai tukar rupiah tercatat di posisi Rp14.245 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Kamis (29/8) pagi. Rupiah menguat 0,1 persen dibanding penutupan pada Rabu (28/8) yakni Rp14.258 per dolar AS.
Pagi ini, sebagian besar mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong menguat 0,01 persen, won Korea Selatan menguat 0,02 persen, dolar Singapura melemah 0,04 persen, baht Thailand menguat 0,04 persen, dan yen Jepang menguat 0,12 persen. Sementara itu, di kawasan Asia, hanya ringgit Malaysia dan peso Filipina yang melemah terhadap dolar AS dengan nilai masing-masing 0,01 persen dan 0,02 persen.
Mata uang negara maju juga menguat terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,02 persen, euro menguat 0,07 persen, dan dolar Australia menguat 0,05 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan sentimen resesi yang mengancam AS mempengaruhi pergerakan indeks dolar AS beberapa hari belakangan. Resesi tersebut bisa terlihat dari kondisi imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor pendek yang lebih besar ketimbang obligasi jangka panjang, atau disebut inverted yield curve.
Inveryed yield curve ini menandakan bahwa pelaku pasar tidak begitu optimistis dengan ekonomi AS di jangka panjang. Ini sekaligus menandakan bahwa ekonomi AS cenderung berisiko di jangka pendek.
Tanda-tanda resesi terbaca setelah perang dagang antara AS dan China kian tak menemui jalan terang. Adapun, sentimen tersebut diperkirakan masih membayangi rupiah, sehingga ada potensi rupiah menguat tipis hari ini terhadap dolar AS dengan kisaran di angka Rp14.215 hingga Rp14.284 per dolar AS.
“Bisa jadi perang dagang kedua negara akan kembali tereskalasi dan membuat laju perekonomian kedua negara, berikut dunia, mengalami hard landing,” jelas Ibrahim, Kamis (29/8). (cnn)
Discussion about this post