KeuanganNegara.id -Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan pertumbuhan ekonomi positif akan sangat sulit dicapai di tengah Pandemi Covid-19. Apalagi, jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air pun masih terus meningkat dan belum menunjukkan penurunan.
“Walaupun PSBB dilonggarkan, di tengah wabah yang masih meningkat tidak mungkin bisa mendorong konsumsi dan investasi,” ujar Piter kepada Tempo, Jumat, 21 Agustus 2020. Ia mengatakan bahwa dengaN upaya apapun, apabila masyarakat masih takut untuk beraktivitas di luar rumah, maka konsumsi akan turun.
Apabila sumber pertumbuhan seperti konsumsi dan investasi terkontraksi, kata Piter, maka pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 pun diyakini akan negatif. Atas situasi tersebut, ia menyarankan pemerintah fokus menangani wabah dan menyelamatkan masyarakat, serta dunia usaha.
“Pemerintah sebaiknya tidak denial, fokus saja menangani wabah. Enggak perlu dipermasalahkan juga kita tumbuh negatif, yang penting masyarakat Dan dunia usaha selamat,” kata Piter.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian AirlanggaHartarto memperkirakan secara year to date pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir Desember 2020 sekitar 0,25 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai lebih baik dibandingkan negara lainnya.
“Karena year to date misal Inggris diproyeksikan minus 9,5 persen, Malaysia minus 3,2 persen, Thailand 5,7 persen, Amerika Serikat 5,1 persen dan Jerman 6,2 persen Sehingga tentu dalam situasi seperti itu, kita perlu optimistis,” kata Airlangga dalam dialog bersama Tempo bertema Mengatasi Pandemi dan Mencegah Krisis Ekonomi, Kamis, 20 Agustus 2020.
Airlangga melanjutkan beberapa langkah sudah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi salah satunya dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar atau PSBB.
Pelonggaran PSBB itu, kata dia, pemerintah membuka 11 sektor yang dinilai bisa menjadi penahan turunnya perekonomian lebih dalam. Di samping itu pemerintah memberikan stimulus untuk meningkatkan daya beli masyarakat dengan bantuan langsung tunai. “Jadi kuncinya memang bantuan pada daya beli,” ujarnya.
Stimulus itu akan dilanjutkan pada 2021. Seperti stimulus untuk kesehatan akan tetap ada menjadi Rp 25 triliun pada 2021. Sedangkan tahun ini, stimulus kesehatan adalah Rp 87,5 triliun. Stimulus di sektor UMKM di 2020 sebesar Rp 123 triliun, sedangkan di 2021 menjadi Rp 48,8 triliun.(msn)
Discussion about this post