[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Menteri BUMN Erick Thohir sudah menyebutkan target merger bank syariah yang berisikan anak usaha bank umum milik negara (BUMN) paling lambat pada Februari 2021. Saat ini pihaknya masih mematangkan kajian penyatuan bank-bank syariah tersebut.
“Kita sedang kaji bank-bank syariah kita ini jadi satu semua, kita coba merger, insya Allah Februari tahun depan (2021) jadi satu bank syariah,” kata Erick dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Kingdom Business Community.
Dengan penduduk Indonesia mayoritas muslim, Erick Thohirmengatakan potensi perbankan syariah masih sangat besar. Dia menuturkan, dengan keberadaan bank syariah memberikan opsi bagi masyarakat atau dunia usaha yang lebih nyaman menggunakan sistem syariah. “Kenapa saya menginginkan merger syariah? Supaya ada alternatif, supaya jangan sampai Indonesia yang penduduk muslim terbesar tidak punya fasilitas itu.”
Rencana merger ini secara otomatis akan meningkatkan jumlah aset perbankan syariah. Dari keempat anggota himpunan bank milik negara (Himbara), tiga di antaranya memiliki anak usaha syariah berstatus bank umum syariah (BUS). Sisanya, yakni BTN mengembangkan perbankan syariah melalui unit usaha syariah (UUS).
Dari ketiga BUS Himbara, aset terbesar dimiliki oleh PT Bank Syariah Mandiri, kemudian diikuti PT Bank BNI Syariah dan PT Bank BRI Syariah Tbk. Lalu berapa perkiraan total nilai aset perbankan syariah setelah merger nantinya?
Pertama, PT Bank Syariah Mandiri membukukan aset senilai Rp 114,75 triliun pada kuartal I/2020 atau naik 16,43 persen dari Maret 2019 yang sebesar Rp 98,55 triliun. Mandiri Syariah juga membukukan laba bersih senilai Rp 368 miliar atau naik 51,53 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sampai dengan Maret 2020 dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun Mandiri Syariah tumbuh 16,94 persen dari Rp 87,16 triliun per Maret 2019 menjadi Rp101,92 triliun pada Maret 2020. Hingga Maret 2020, Mandiri Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 75,7 triliun, tumbuh 9,14 persen dari Maret 2019 yang sebesar Rp 69,36 triliun.
Kedua, PT Bank BNI Syariah membukukan aset pada kuartal I/2020 senilai Rp 51,12 triliun atau tumbuh 16,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pada periode tersebut, BNI Syariah juga membukukan laba bersih senilai Rp 214 miiar pada kuartal I/2020, atau naik 58,1 persen (yoy).
Dana pihak ketiga (DPK) menjadi kontributor pertumbuhan tersebut, yaitu meningkat 16,6 persen (yoy) menjadi Rp 44,85 triliun pada kuartal I/2020. Sementara itu, pembiayaan perseroan mengalami pertumbuhan 9,8 persen (yoy), dari Rp 29,44 triliun pada kuartal I/2019 menjadi Rp 32,32 triliun pada kuartal I/2020.
Ketiga, PT Bank BRI Syariah Tbk. membukukan aset senilai Rp 42,2 triliun pada kuartal I/2020 atau naik 9,51 persen (yoy). Perseroan juga membukukan laba bersih senilai Rp 75,15 miliar pada kuartal I/2020, naik sebesar 150 persen (yoy).
Pada kuartal I/2020, total pembiayaan yang disalurkan BRI Syariah adalah senilai Rp 30,45 triliun dan total dana murah yang berhasil dihimpun menjadi sebesar Rp 16,86 triliun.
Keempat, Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan (Persero) Tbk. membukukan aset senilai Rp 28,79 triliun atau tumbuh 3,4 persen (yoy). Pada kuartal I/2020, UUS BTN juga memperoleh laba senilai Rp 86,55 miliar atau tumbuh 185,77 persen (yoy).
Sementara itu, pada kuartal I/2020, UUS BTN berhasil menghimpun simpanan senilai Rp 20,93 triliun atau turun 3,39 persen (yoy) dan menyalurkan pembiayaan senilai Rp 23,92 triliun atau naik 6,59 persen (yoy).
Apabila ketiga BUS tersebut melakukan merger, maka total aset perbankan syariah milik Himbara akan menjadi Rp 208,07 triliun. Sementara itu, jika digabungkan dengan UUS BTN, total aset akan menjadi Rp 236,86 triliun. Nilai aset ini pun berpotensi lebih tinggi karena penerapan qanun di aceh yang akan mendorong konversi bank umum konvensional menjadi berbasis syariah.(msn)
Discussion about this post