[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Adapun risiko tersebut yakni risiko resesi, suku bunga yang amat rendah, tensi dagang antara AS dengan China, dan disrupsi teknologi. Risiko resesi utamanya, masih berhubungan dengan fenomena Covid-19.
“Katanya negara G20 akan melalui tekanan hebat karena Covid-19. Indonesia adalah bagian dari G20, jadi kita harus waspada,” kata Ryan dalam diskusi daring.
Risiko kedua adalah suku bunga yang rendah untuk merespons perlambatan ekonomi. Bank Indonesia (BI) sendiri sudah menurunkan suku bunga 2 bulan berturut-turut.
“Sebetulnya untuk membantu stimulasi riil sektor. Kalau suku bunga acuan turun, maka suku bunga simpanannya cukup turun, dan masyarakat akan berinvestasi sehingga sektor riil akan bergerak,” ujar dia.
Kemudian, Indonesia juga harus mencermati tensi dagang antara AS dengan China. Beberapa kali Presiden AS Donald Trump memberikan kode bahwa perjanjian perdagangan yang telah diinisiasi pada Januari lalu tidak berlanjut.
Tensi dagang yang semakin memanas ini bisa saja berakibat buruk bagi Indonesia, mengingat kedua negara itu adalah mitra dagang utama RI dari segi ekspor-impor maupun investasi.
“Terakhir adalah disrupsi teknologi dengan hadirnya digitalisasi. Kalau perbankan tidak alert dengan situasi ini, maka akan tertinggal. Jadi harus waspada,” pungkas Ryan.(msn)
Discussion about this post